MAKALAH KAJIAN AYAT DAN HADITS TENTANG MANAJEMEN
MAKALAH
KAJIAN AYAT DAN HADITS TENTANG MANAJEMEN
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah
KAJIAN AYAT DAN HADITS EKONOMI
Dosen
Pengampu :
Suminto.
M.Pd.I.
Disusun
Oleh Kelompok 12
Anggota:
1.
SISKA FEBRIANTI (17402163283)
2.
ELMA NUR AFIDA (17402163285)
3.
JEVI EKA AMELIA (17402163308)
JURUSAN EKONOMI SYARIAH 2-G
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
2017
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Pertama marilah, kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT,
karena atas ridho- Nya kami kelompok dua belas, dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Yang kedua sholawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita nanti syafaatnya di Yaumul
Qiyamah.
Yang ketiga, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah Kajian Ayat dan Hadits Ekonomi, Bapak Suminto, M.Pd.I., yang telah
memberi tugas kepada kelompok kami dengan materi “Kajian Ayat dan Hadits
Mengenai Manajmen” yang mana tugas ini telah membuat ilmu kita semakin
bertambah.
Kami
sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat. Terimakasih.
Wassalamu’alakum
Wr. Wb
Tulungagung,
15 Mei 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
Daftar Isi................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.............................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
Bab II Pembahasan................................................................................................... 2
A.
PengertianManajemen................................................................................... 3
a.
Menurut Kajian Ayat Alquran................................................................ 3
b.
Menurut Kajian Hadits........................................................................... 4
B.
Fungsi Manajemen........................................................................................ 5
a.
Menurut Kajian Ayat Alquran................................................................ 5
b.
Menurut Kajian Hadits........................................................................... 7
C.
Prinsip-prinsip Manajemen dan Implikasinya dengan Kajian Ayat
Alquran dan Hadits 11
Bab III Penutup....................................................................................................... 18
a.
Kesimpulan.................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 19
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam Al-Qur’an istilah manajemen merujuk pada kata yudabbiru yang
berarti mengatur, mengelola, merekayasa, melaksanakan, mengurus dengan baik.
Diantara ayat yang memuat kaayudabbiru terdapat pada suratYunus.
Dalam
sebuah perusahaan atau organisasi pasti membutuhkan kiat-kiat bagaimana
perusahaan bisa berjalan dengan lancar. Tentu, untuk menunjang kelancaran,
suatu perusahaan tidak dapat asal-asalan dalam menjalankan usahanya. Maka
sistem manajemen diperlukan dalam hal ini. Dalam sistem manajemen terdapat
seorang manajer yang bertugas mengatur jalannya perekonomian dalam perusahaan.
Manajemen
memiliki kontribusi besar dalam mencapai profit yang tinggi. Namun kita tahu,
dalam berekonomi umat muslim sangat dilarang untuk melakukan hal-hal yang
dilarang seperti riba. Maka perlu adanya sebuah dalil yang kuat bagaimana
praktik-praktik ekonomi itu boleh termasuk manajemen.
Tentunnya
sistem manajemen dibentuk karena memiliki fungsi didalamnya. Meskipun tidak
jauh berbeda dengan fungsi manajemen dari manajemen konvensional, tetapi
manajemen Islami atau syariah lebih
mengedepankan tujuan yang luhur untuk menciptakan maslahah bersama. Adapun
prinsip-prinsipnya juga diambil nari nilai-nilai keislaman yang bersumber pada
Quran dan Hadits.
B.
Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari manajemen terkait
kajian ayat dan hadits?
b. Apa saja fungsi manajemen terhadap kajian ayat dan hadits?
c. Apa saja prinsip-prinsip manajemen
terhadap kajian ayat dan hadits?
C.
Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui pengertian dari
manajeman terhadap kajian ayat dan hadist ekonomi.
b. Untuk mengetahui fungsi manajemen
terhadap kajian ayat dan hadits ekonomi.
c.
Untuk
mengetahui prinsip-prinsip manajemen terhadap kajian ayat dan hadits ekonomi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen
Manajemen menjadi sangat penting artinya dari segala aspek kehidupan. Oleh
karena itu manajemen manjadi icon yang urgen baik secara individual maupun
secara kelompok. Para ilmuan bermacam-macam dalam emndefinisikan manajemen
walau esensinya bermuara pada satu titik temu. Pengertian manajemen yang paling
sederhana adalah “seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan
yang dilakukan oleh orang lain.” Menurut Jhon D Millet, “manajemen ialah
suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang-orang yang
telah diorganisasi dalam kelompok-kelompok formal yang mencapai tujuan yang
diharapkan.” James F. Stoner, berpendapat bahwa “manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan para anggota dan
sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”
Menurut George R. Terry bahwa “manejemen adalah pencapaian tujuan yang
ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan orang lain.”
Berdasarkan pengertian diatas, kita bisa memetakan pengertian manajemen
kepada tiga hal, yaitu : Pertama, manajemen sebagai ilmu
pengetahuan bahwa manajemen memerlukan ilmu pengetahuan. Kedua,
manajemen sebagai seni dimana manajer harus memiliki seni atau keterampilan me-manage. Ketiga,
manajemen sebagai profesi, bahwa manajer yang profesional bisa me-manage secara
efektif dan efisien.
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad. Al-Qur’an juga
satu-satunya mukjizat yang bertahan hingga sekarang. Selain sebagai sumber
kebahagiaan di dunia dan akhirat, al-Qur’an juga merupakan sumber ilmu
pengetahuan yang tidak pernah mati. Jika dicermati, kebanyakan ilmu pengetahuan
yang saat ini berkembang, sejatinya telah Allah tuliskan dalam al-Qur’an.
1.
Menurut Kajian Ayat Alquran
Dalam sudut
pandang Islam manajemen diistilahkan dengan menggunakan kata al-tadbir
(pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur)
yang banyak terdapat dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT:
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ
مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ
مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan)
itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu (As Sajdah: 5).
Dari isi
kandungan diatas dapatlah diketahui bahwa Allah SWT adalah pengatur alam (Al
Mudabbir/manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah
SWT dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan dijadikan
sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan
sebaik-baiknya sebagaima Allah mengatur alam raya ini.[1]
Hal ini berbeda
dengan perilaku dalam manajemen konvensional yang sama sekali tidak terkait
bahkan terlepas dari nilai-nilai tauhid.orang-orang yang menerapkan manajemen
konvensional tidak merasa adanya pengawasan melekat, kecuali dari atasannya.
Setiap kegiatan dalam manajemen syariah diupayakan menjadi amal saleh yang
bernilai abadi.[2]
2.
Menurut Kajian Hadits
Nabi bersabda: “sesunguhnya
Allah mewajibkan perbuatan yang dilakukan dengan baik dalam segala hal, jika
kamu membunuh binatang maka lakukanlah dengan cara yang baik, jika kamu mau
menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik, pertajamlah alat potongnya,
kemudian istirahatkanlah binatangnya.”
(matan lain: Muslim 3615, Turmudzi 1329, Abu Daud 2432, Ibnu Majah
3161, Ahmad 16490), Darimi 1888)
Kata ihsan
bermakna melakukan sesuatu dengan baik, secara maksimal dan optimal. Bahkan
dalam hadits itu pada penyembelihan binatang, harus dilakukan dengan cara yang
baik dan hati-hati dan dikaitkan denngan agama, yaitu harus disertai dengan
sebutan nama Allah sebelum menyembelih. Jika tidak menyebutkannya maka
penyembelihan tidak sah.ini menunjukkan bahwa dalam segala sesuatu tidak boleh
gegabah dan melakukan seenak hati. Dengan inatang maupun dengan musuh sekalipun
umat Islam tetap dianjurkan berperilaku baik dan penuh etika, apalagi terhadap
sesama muslim.
Jika dikaitkan
dengan manajemen secara umum, maka hadis tersebut menganjurkan pada umat Islam
agar mengerjakan sesuatu dengan baik dan selalu ada peningkatan nilai dari
jelek menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik. Manajemen adalah melakukan
sesuatu agar lebih baik. Perbuatan yang baik dilandasi dengan niat atau rencana
yang baik, tata cara pelaksanaan sesuai syariat dan dilakukan dengan penuh
kesungguhan dan tidak asl-asalan sehingga tidak bermanfaat.
Rasulullah
bersabda: “Diantara baiknya, indahnya keislaman seseorang adalah
meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat.”
(Matan lain: Ibnu Majah 3966)
Perbuatan yang
tidak ada manfaatnya adalah sama degan perbuatan yang tidak pernah
direncanakan. Jika perbuatan itu tidak direncanakan, maka tidak termasuk dalam
kategori yang baik. Adapun langkah-lagkah menerapkan manajemen syari’ah yang
berkualitas adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, dilakukan secara
terus-menerus, dan tidak asal-asalan, dilakukan secara bersama-sama, dan mau
belajar dari kegagalan diri dan keberhasilan orang lain.[3]
B.
Fungsi Manajemen
1.
Menurut Kajian Ayat Alquran
a.
Planning
At-Tahthiith atau perencanaan dari suatu kegiatan yang akan datang
dengan acuan waktu atau metode tertentu. Seperti sabda Nabi SAW yang artinya :
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu
pekerjaan, diklakukan dengan itqan(tepat, terarah, jelas, tuntas). (HR.
Thabrani).
Lebih sederhananya lagi Allah berfirman dalam surat Al Insyirah
(94:7-8):
فَإِذا فَرَغتَ فَانصَب
. وَإِلىٰ رَبِّكَ فَارغَب
“Apabila kamu telah selesai (daris sesuatu urusan), kerjakan
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.
“Apabila kamu
telah selesai (daris sesuatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
b.
Organizing
(Pengorganisasian) / At-Tandziim
Pengorganisasian adalah wadah tentang fungsi setiap orang, hubungan
kerja baik baik secara vertikal maupun horizontal. Dalam surah Ali Imran ayat
103, Allah SWT berfirman:
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟
وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ
شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ
لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan
berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mepersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikian Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Ayat diatas menerngkangkan bahwa organisasi merupakan kumpulan
orang-orang yang bisa diorganisir dengan baik. Maka hendaklah bersatu-padulah
dalam bekerja dan memegang komitmen untuk mencapai cita-cita dalam satu payung
organisasi yang dimaksud.
c.
Controlling
(Pengawasan) / Ar-Riqabah
Ar-Riqabah adalah pengamatan dan penelitian terhadap jalannya
planning/At-Tahthiith. Dalam pandangan Islam menjadi syarat mutlak bagi
pimpinan harus lebih baik dari anggotanya, sehingga kontrol yang ia lakukan
akan efektif. Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Tahrim (66:6)
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا
أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Menjaga keslamatan dan kesuksesan institusi merupakan tugas utama
manager, baik organisasi keluarga maupun organisasi universal. Bagaimana
manager bisa mengontrol orang lain jika dirinya sendiri masih belum terkontrol.
Dengan demikian seorang manager aorang terbaik dan harus mengontrol seluruh
anggotanya dengan baik.[4]
d.
Menurut Kajian Hadits
a.
Planning (Perencanaan) / At-Tahthiith
Nabi Muhammad bersabda: “Allah menulis kebaikan dan kejelekan
yang dilakukan hambanya, barang siapa yang berencana melakukan kebaikan tapi
tidak melaksanakan maka tetap ditulis sebagai satu amal yang baik yang sempurna
baginya oleh Allah, tetapi barang siapa yang berencana melakukan kebaikan dan
betul-betul dilaksanakan maka oleh Allah ditulis 10 kebaikan dan 700
lipat/cabang sampai cabang yang banyak, sebaliknya barang siapa yang berencana
melakukan kejelekan tetapi tidak dilakukan maka ia dianggap melakukan kebaikan
yang sempurna, jika ia berencana melakukan kejelekan dan melaksanakannya maka
ditulis sebagai satu kejelekan.”
(Matan
lain: Muslim 187, Ahmad 1897, 3288)
Hadits tersebut mengindikasikan bahwa seorang muslim harus
mempunyai rencana dalam segala hal yang baik apalagi seuah organisasi atau
perusahaan, bahkan dalam hadits terseut digambarkan dengan hitungan matematis
yaitu satu kebaikan ditulis 10 kebaikan. Hali ini dapat diartikan planning yang
baik akan menghasilkan laba yang baik, tentu saja tidak cukup hanya palnning,
tanpa diaktualisasikan. Jika palnning yang baik itu dilaksanakan maka yang akan
diperoleh akan berlipat-lipat. Sebaliknya jika planning yang dilaksanakan maka
akan mengalami kerugia.
Planning adalah kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan dalam sebuah
pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan agar
mendapat hasil yang optimal. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
perencanaan adalah sebagai berikut:
(a)
Hasil yang ingin dicapai;
(b)
Orang yang akan melakukan;
(c)
Waktu dan skala prioritas, dan;
(d)
Dana atau modal.
b.
Organizing (Pengorganisasian) / At-Tandziim
Nabi bersabda: “Seseorang tida diutus sebagai khalifah kecuali
memiliki dua niat, yaitu memerintahkan dan mendorong pada kebaikan dan
memerintahkan dan mendorong pada kejelekan. Orang yang menjaga (dari kejelekan)
adalah yang dijaga oleh Allah.”
(Matan:
Infirad)
Seorang Muslim harus mampu menegakkan fungsi sebagai khalifah dan
semangat kerja sama antar mausia. Jika dikaitkan dengan pengorganisaian, hadis
ini mendorong umatnya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan
rapi, seperti perkataan Ali bin Abi Thalib: “Kebenaran atau hak yang tidak
terorganisir dengan rapi, bisa dikalahkan oleh kebatilan yang lebih
terorganisir dengan rapi.”
Pengorganisasian sangatlah urgen, bahkan kebatilan dapat
mengalahkan suatu kebenaran yang tidak terorganisir. Kesungguhan dan keseriusan
dalam hal ini termasuk kesungguhan dan keseriusan mengorganisasi suatu
kegiatan. Dengan demikian, organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata
wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan
dengan rapi.
c.
Controlling (Pengawasan) / Ar-Riqabah
Ar-Riqaabah atau pengendalian adalah
pengamatan dan penelitian terhadap jalannya planning. Dalam pandangan Islam
menjadi syarat mutlak bagi pimpinan harus lebih baik dari anggotanya, sehingga
control yang ia lakukan akan efektif. Firman Allah SWT dalam surat At Tahrim
(66:6)
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنوا قوا
أَنفُسَكُم وَأَهليكُم نارًا وَقودُهَا النّاسُ وَالحِجارَةُ عَلَيها مَلائِكَةٌ
غِلاظٌ شِدادٌ لا يَعصونَ اللَّهَ ما أَمَرَهُم وَيَفعَلونَ ما يُؤمَرونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, pelijharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Menjaga keselamatan dan kesuksesan
institusi merupakan tugas utama manajer, baik organisasi keluarga maupun
organisasi universal. Bagaimana manajer bisa mengontrol orang lain sementara dirinya
sendiri masih belum terkontrol. Dengan demikian seorang manajer orang terbaik
dan harus mengontrol seluruh anggotanya dengan baik.
Rasulullah bersabda: “Bertakwalah pada Allah dimana saja berada,
gantilah yang jelek dengan yang baik, bergaulah dengan orang lain dengan akhlak
yang bagus.”
(Matan
lain: Turmudzi 1910, Ahmad 20392, 20586)
Hadits tersebut mengajarkan bahwa seseorang harus berbuat baik
dengan perilaku yang baik pula. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka
diperlakukan adanya pengawasan baik dari diri sendiri, namun sebagaimana
layaknya manusia yang selalu khilaf, maka diperlukan pengawasan dari orang lain
dengan cara menasehati sesama teman sebagaimana hadits berikut,
Jarir bin Abdillah berkata: “Aku baiat pada Rasulullah untuk
menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, dan saling menasehati sesama saudara
sesama muslim.”
Menasehati sesama teman atau saudara lebih mudah daripada
menasehati atasan atau pimpinan, ini tidak mudah dilakukan, karena itu Nabi SAW
dalam hadits berikut memberikan imbalan yang lebih banyak bagi orang yang mau
dan mampu melakukan pengawasan kepada atasannya.
Ahmad:
Nabi bersabda: “Seorang hamba apabiala melakukan dengan baik
dalam ibadah kepada Tuhannya maka akan diberkahi, dan yang menasehati tuannya
akan diberi pahala dua kali.”
Pengamatan dalam pandangan Islam adalah untuk meluruskan yang tidak
lurus, mengoeksi yang salah, dan membenarkan hak. Oleh sebab itu, Alquran
menganjurkan untuk mengingatkan satu sama lain.
Sistem pengawasan yang baik tidak terlepas dari pemberian punishment
(hukuman) dan reward (imbalan). Jika seseorang karyawan melakukan
pekerjaannya dengan baik, maka karyawan tersebt diberi reward yang bisa
berupa materi, pujian, penghargaan, atau naik jabatan. Allah juga memberi reward
atau pahala bagi bawahan yang mapu memberi nasihat kepada atasannya,
sebagaimana hadits tersebut diatas.[5]
C.
Prinsip-prinsip Manajemen dan Implikasinya dengan Kajian Ayat Alquran
dan Hadits
Dalam Al-Qur’an sering kali kita menemukan beberapa perintah Allah
yang merupakan falsafah hidup yang harus kita jalani. Falsafah tersebut
merupakan prinsip yang harus kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Yang
pada dasarnya prinsip-prinsip ini tidak jauh beda dengan prinsip-prinsip dalam
manajemen pada umumnya. Berikut beberapa prinsip manajemen yang ada dalam
Al-Qur’an.
1.
Efektif
Efektif merupakan “ada efeknya baik dari segi akibat dan pengaruh
yang ditimbulkan oleh suatu hal yang diperbuat.” Maka seorang pemimpin dituntut
agar mendatangkan pengaruh yang baik untuk organisasi demi memperoleh efek yang
diharapkan oleh seorang leader dan setiap bagian yang berkecimpung didalam
organisasi, maka di dalam Q.S. Al-Insyirah (94:7) menjelaskan :
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
“Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh.”
Ajaran islam
menurut umatnya untuk melakukan suatu hal itu haruslah efektif dan
sungguh-sungguh dalam arti kata tidalah setengan-setengah . Apabila seseorang telah menyelesaikan
pekerjaannya, maka ia baru memfokuskan konsentrasnya kepada hal yang lain.
2.
Efisiensi
Efisiensi
adalah “tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu dengan tidak
membuang-buang waktu”. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan utama sebuah
organisasi seorang leader di tuntut untuk memanfaatkan waktu seefisiensi
mungkin.
Didalam
Q.S.Al-‘Asr (103: 1-3) Allah SWT bersumpah demi waktu dikarenakan banyaknya
hamba tidak lihai dalam memanfaatkan waktu sehingga apa ang mereka usahakan
tidaklah mencapai hasil yang maksimal.
وَالعَصرِ. إِنَّ
الإِنسانَ لَفي خُسرٍ. إِلَّا الَّذينَ آمَنوا وَعَمِلُوا الصّالِحاتِ وَتَواصَوا
بِالحَقِّ وَتَواصَوا بِالصَّبرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran”.
3.
Tidak Boros
Firman Allah SWT dalam surah Al- A’raf (7:31)
يا بَني آدَمَ خُذوا
زينَتَكُم عِندَ كُلِّ مَسجِدٍ وَكُلوا وَاشرَبوا وَلا تُسرِفوا ۚ إِنَّهُ لا
يُحِبُّ المُسرِفينَ
“Hai anak Adam,
pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) Masjid, makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. sesungguhnyaAllah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.”
Ayat diatas
menganjurkan bagi setiap muslim haruslah mempergunakan apapun yang yang perlu
dipergunakan, akan tetapi Allah sangat membenci orang-orang yang melampaui
batas. .Israf adalah
sesuatu yang dilarang, sesuatu yang tidak disukai Allah SWT. jangan
mengeluarkan sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
4.
Musyawarah
Musyawarah adalah hal yang tidak boleh dilupakan oleh seorang
leader yang hendakmenuntaskan suatu perkara agar keputusan yang diambil bukan
erupakan keputusan-keputusan yang egois dari seorang manager artinya keputusan
yang dihasilkan secara musyawarah. Pada umumnya metode musyawarah melahirkan
keputusan yang matang karena melalui proses yang penuh pertimbangan. Allah
memerintahkan agar semua urusan itu diputuskan dengan musyawarah.
Sebagai
firmman-Nya dalam Surah Asy-Syura (42:38)
وَالَّذينَ استَجابوا لِرَبِّهِم وَأَقامُوا الصَّلاةَ وَأَمرُهُم
شورىٰ بَينَهُم وَمِمّا رَزَقناهُم يُنفِقونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.
5. Kebersamaan
Berlatar belakang sebagai makhluk sosial, maka manusia
dimuka bumi ini membutuhkan pasangan sehingga manusia tidak bisa hidup
sendiri-sendiri, akan tetapi manusia membutuhkan kebersamaan. Demikian halnya
juga dengan manajemen dalam persepektif islam yang menurut kebersamaan walaupun
dipisahkan oleh jurang perbedaan dan berbagai profesi dan tingkatan dalam
manajemen.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Hujarat (49:13)
يا أَيُّهَا النّاسُ إِنّا خَلَقناكُم مِن ذَكَرٍ وَأُنثىٰ
وَجَعَلناكُم شُعوبًا وَقَبائِلَ لِتَعارَفوا ۚ إِنَّ أَكرَمَكُم عِندَ اللَّهِ
أَتقاكُم ۚ إِنَّ اللَّهَ عَليمٌ خَبيرٌ
”Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
6.
Akhlak Sebagai Kunci Ibadah
Berbicara tentang
akhlak, pastinya sedikit menyinggung masalah bagaimana sikap/ tatacara seorang
pemimpin menghadapi bawahannya. Hal ini jelas disebutkan dalam Surah Al-Baqarah
(2:44)
أَتَأمُرونَ النّاسَ بِالبِرِّ وَتَنسَونَ أَنفُسَكُم وَأَنتُم
تَتلونَ الكِتابَ ۚ أَفَلا تَعقِلونَ
“Mengapa
kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)?, Maka
tidaklah kamu berpikir?.”
Hampir semua
atasan adalah yang lebih mengetahui dibandingkan bawahan menkipun tidak secara Kaaffah,
akan tetapi hendaknya seorang atasan ada baiknya mengemukakan
terdahulu apa yang ia inginkan dan menjelaskan tujuannya sekaligus memberikan
contoh kepada bawahannya.
Artinya jika
seseorang atasan menyuruh bawahannya, maka dia harus memulai dari dirinya
sendiri, tidak mungkin kita menyuruh bawahan kita bersikap baik, sedangkan kita
tidak.
7.
Kebersamaan adalah hal yang Konstruktif
Pada dasarnya,
manajemen bukanlah kegiatan yang individual. Manajemen itu bersifat membangun
(konstruktif). Kegiatan membangun pada umumnya dilakukan secara bersama-sama.
Tidak berbeda dalam islam, Allah sangat mencintai hamba-hambanya yang kompak.
Dan karena kekompakan tersebut, Allah mengibaratkan orang-orang tersebut
laksana satu bangunan yang berdiri kokoh.
Sebagai firman
Allah dalah Surah Ash-Shaff (61:4)
إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الَّذينَ يُقاتِلونَ في سَبيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنيانٌ مَرصوصٌ
“Sesungguhnya
Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
Kokoh
disini berarti adanya sinergi antara bagian yang satu dengan bagian dengan
bagian yang lain.
8. Possitive Thinking
Salah
satu sudut pandang manajemen dalam islam adalah berfikir positif (possitive
thingking). Artinya kita dianjurkan agar tetap menjalin tali silaturahim
terhadap sesama komponen yang ada dalam satu organisasi atau dalam organisasi
yang berbeda.
Allah sangat
melarang hamba-hambanya untuk berperasangka buruk. Berperasangka buruk
merupakan suatu dosa yang wajib dihindari oleh setiap bagian dari suatu
organisasi tertentu. Karena dapat menimbulkan suatu perpecahan antar sesama.
Adapun
merumpamaan tentang orang yang berperasangka buruk adalah setiap yang
difirmankan oleh Allah SWT dalam Surah Al-Hujurat (49:12),
يا أَيُّهَا
الَّذينَ آمَنُوا اجتَنِبوا كَثيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعضَ الظَّنِّ إِثمٌ ۖ
وَلا تَجَسَّسوا وَلا يَغتَب بَعضُكُم بَعضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُم أَن يَأكُلَ
لَحمَ أَخيهِ مَيتًا فَكَرِهتُموهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوّابٌ
رَحيمٌ
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.”
9. Etos kerja yang tinggi
Dalam pandangan islam mempunyai etos kerja yang tinggi dalam
sebuah manajemen merupakan suatu keharusan. Hal ini disebabkan karena setiap
pekerjaan yang tersusun jelas akan membawakan kepada kesuksesan, keberhasilan,
dan pencapaian tujuan yang di idam-idamkan.
Adapun janji Allah SWT bahwa siapa saja yang
bersungguh-sungguh, maka mereka akan mendapatkan apa yang di harapkannya.
Sebagaimana firman Allah Surah Al-Ankabut (29:69)
وَالَّذينَ جاهَدوا
فينا لَنَهدِيَنَّهُم سُبُلَنا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ المُحسِنينَ
”Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. Al-ankabut 69) Berkerja
dengan sungguh-sungguh.”
10. Disiplin
Sebagaimana
halnya sholat yang maktubah yang telah ditetapkan waktunya seperti yang telah
kita ketahui bersama ayat tersebut tergambarkan dalam Surah An-Nisa (4:103),
maka begitu pula halnya sistem manajemen yang harus diterapkan oleh kita semua
agar tujuan yang kita harapkan pada tujuan utama mendirikan sebuah organisasi.
فَإِذا قَضَيتُمُ
الصَّلاةَ فَاذكُرُوا اللَّهَ قِيامًا وَقُعودًا وَعَلىٰ جُنوبِكُم ۚ فَإِذَا
اطمَأنَنتُم
فَأَقيمُوا الصَّلاةَ ۚ إِنَّ الصَّلاةَ كانَت
عَلَى المُؤمِنينَ كِتابًا مَوقوتًا
“Maka
apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman,
Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa ilmu Majamen sangat erat kaitannya
dengan kitab suci umat islam Al-Qur’an. Semua dasar-dasar ilmu manajemen sudah
ada dalam Al-Qur’an dan sudah diterapkan oleh Rasulullah dalam kepemimpinanya.
Maka kita sebagai umat islam harus mengikuti jejaknya dalam memimpin, baik
memimpin individual diri sendiri maupun memimpin kelompok dalam organisasi.
Prinsip-prinsip sebagai kode etik
yang harus dijalankan dalam organisasi juga dijelaskan dalam Al-Qur’an
sebagaimana pemaparan dalam pembahasan diatas. Sehingga tidak ada keraguan lagi
dalam menjalankan manajemen yang berlandaskan Al-Qur’an atau manajemen islami.
Maka dari itu kita sebagai umat
islam dalam bidang keilmuan harus memperkenalkan kembali kepada umat islam
lainnya tentang prinsip manajemen islam yang telah di terapkan Rasulullah sejak
dahulu ini. Agar terciptanya kedamaian dan kesejahteraan bersama.
DAFTAR RUJUKAN
Hafidhuddin, Didin. dkk. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktik.
Jakarta: Gema Insani Press.
Jurnal
Karya Abdul Goffar, Manajemen Dalam Islam (Perspektif Al-Qur’an dan Hadits).
Nur diana, Ilfi. 2012. Hadis-hadis Ekonomi. Malang: UIN
Maliki Press.
Mariono, dkk. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Bandung: PT. Refika Aditama.
[2]Didin Hafidhuddin, dkk, Manajemen Syariah Dalam Praktik,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm.8
[3]Ilfi nur diana, Hadis-hadis Ekonomi, (Malang: UIN Maliki Press,
2012) hlm. 155.
[4]Diakses dari https://www.google.com/amp/s/farislengkap.wordpress.com/2016/05/22/manajemen-menurut-perspektif-a-quran/amp/
pada tanggal 16 Mei 2017, pukul 11:42 WIB.
[5]Ilfi nur diana, Hadis-hadis Ekonomi, (Malang: UIN Maliki Press,
2012) hlm. 200.
[6]Diakses dari https://www.google.com/amp/s/farislengkap.wordpress.com/2016/05/22/manajemen-menurut-perspektif-a-quran/amp/
pada tanggal 16 Mei 2017, pukul 13:20 WIB.
terima kasih kak, sangat membantu
BalasHapus